Resources

Blue Fire Pointer

Selasa, 17 April 2012

0 Psikolinguistik dan implikasinya

BAB X 
PSIKOLINGUISTIK DAN IMPLIKASINYA

           
A. Persoalan-persoalan dalam pembelajaran bahasa
  Berkaitan dengan psikolinguistik, guru dapat menerapkan pendekatan dalam pengajaran bahasa dengan melihat dari sisi peserta didik. Misalnya pendekatan yang bersifat dengan teori tertentu, seperti behavioral atau mentalis. Semua upaya dalam menerapakan pendekatan dapat mencapai tujuan yang optimal yaitu siswa dapat berbahasa dengan baik dan benar  Psikolinguistik yang didalamnya merangkum beberapa pendekatan dapat membantu guru dal;am membuat perencanaan pengajaran yang apik untuk setiap pertemuan. Sehingga bertujuan akhir guru dapat memprogram pengajaran bahasa sedemikian rupa.
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.

B. Psikolinguistik dan kurikulum
Kurikulum berkembang sesuai dengan perubahan dan prkembangan SDM (sumber daya manusia). Menurut Dubin dan Olshtain yang dikutip oleh Djunaidi (1987 : 54) , ”kurikulum berisi deskripsi secara luas mengenai tujuan – tujuan umum dengan menunjukan filsafat pendidikan dan budaya secara keseluruhan yang diterapkan untuk berbagai bidang studi, dalam hubungan ini, disertai landasan teori tentang bahasa dan belajar bahas”.
        Psikolinguistik diimplementasikan pada mata pelajaran yang tercermin dalam butir – butir kurikulum tersebut. Contohnya mata pelajaran pada aspek menyimak dan berbicara,manakah yang harus didahulukan. Tentunya pada aspek menyimak harus didahulukan baru kemudian pada aspek berbicara jika dilihat dari kacamata psikolinguistik. Sebab ketika bayi lahir, kemampuan keterampilan berbahasa pada aspek menyimak, yang dalam kegiatannya memerlukan waktu yang lebih banyak. Maka dikatan menyimak sebagai manifestasi pertama dalam keterampilan berbahasa.

C. Psikolinguistik dan guru
Guru harus memiliki kompetensi agar dapat melaksanakan tugasnya dengan profesional, antara lain dengan :
1.  Menguasai bahan
2. Mengelola program belajar – mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan sumber / media
5. Menguasai landasan kependidikan
6. Mengelola interaksi belajar – mengajar
7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
8. Mengenal fungsi dan program layanan BK di sekolah
9. Mengenal dan menyelenggarakan adminstrasi sekolah
10.Memahami prinsip dan menerapkan hasil penelitian pendidikan untuk keperluan  pengajaran

Berdasarkan uraian di atas salah satu syarat menjadi guru yang profesional adalah menguasai bahan hubungannya dengan psikolinguistik, misalnya tuntutan untuk memahami dan menerapakan teori akuisisi bahasa (teori behavior). Berdasar teori tersebut, anak lahir tidak membawa potensi bahasa. Maka, guru harus dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman berbahasa yang dipelajari dengan memberikan aktvitas dengan cara memberikan rangsangan. Guru harus peka terhadap kondisi peserta didik, mengenai apakah bahan yang diajarkan bermakna dan bernmanfaat dalam kehidupan peserta didik.
Di samping itu guru juga harus mempertimbangkan faktor kesukaran bawaan, faktor hubungan bahasa yang dipelajari bahasa ibu, dan faktor pengalaman belajar bahasa yang dipelajari. Faktor tersebut berasal dari sisi linguistik.

D. Implikasi-implikasi psikolinguistik terhadap pembelajaran bahasa
Keberhasilan sebuah pembelajaran bahasa akan sangat bergantung pada komponen yang terlibat dalam pembelajaran. Komponen tersebut di antaranya adalah siswa sebagai subjek didik dan materi pembelajaran bahasa yang dipelajari oleh siswa. Karena itulah, dalam pembelajaran bahasa pemahaman tentang psikolinguistik dipandang penting. Melalui psikologi dipelajari mengenai siswa dan melalui linguistik dipelajari mengenai materi bahasa. Melalui interdisiplin ini dapat dipahami proses yang terjadi dalam diri siswa ketika memahami materi bahasa.
Pembelajaran merupakan suatu sistem. Artinya, pembelajaran merupakan satu kesatuan yang terdiri atas berbagai komponen yang saling menunjang. Karena itu, keberhasilan pembelajaran akan ditentukan oleh komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah guru, siswa, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan teknik pembelajaran, evaluasi, serta sarana yang dibutuhkan.
Demikian pula dalam pembelajaran Bahasa, agar pembelajaran bahasa berhasil, komponenkomponen tadi harus diperhatikan. Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa, bukan hanya faktor guru dan materi pembelajaran bahasa yang harus diperhatikan, siswa pun sebagai subjek didik harus diperhatikan demi keberhasilan pembelajaran. Materi bahasa bisa dipahami melalui Linguistik sebagaimana dikemukakan oleh Yudibrata, Andoyo Sastromiharjo, dan Kholid A. Harras (1997/1998: 2) bahwa linguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa, biasanya menghasilkan teori-teori bahasa; tidak demikian halnya dengan siswa sebagai pembelajar bahasa. Siswa sebagai organisme dengan segala prilakunya termasuk proses yang terjadi dalam diri siswa ketika belajar bahasa tidak bisa dipahami oleh linguistik, tetapi hanya bisa dipahami melalui ilmu lain yang berkaitan dengannya, yaitu Psikologi. Atas dasar hal tersebut muncullah disiplin ilmu yang baru yang disebut Psikolinguistik atau disebut juga dengan istilah Psikologi Bahasa.
Implikasi-implikasi  Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa Siswa adalah subjek dalam pembelajaran. Karena itu, dalam halini siswa dianggap sebagai organisme yang beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif, afektif,maupun psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak dan membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan ketiga ranah tadi. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Garnham(Nababan, 1992: 60-61) terhadap aktivitas berbicara ditemukan berbagai berbicara yang menyimpang (kurang benar)dengan pengklaifikasian kesalahan sebagai berikut. Menurut Garnham penyebab kesalahan yang dilakukan oleh pembicara di antaranya adalah kesaratan beban (overloading), yaitu perasaan waswas (menghadapi ujian atau pertemuan dengan orang yang ditakuti) atau karena penutur kurang menguasai materi, terpengaruh oleh perasaan afektif, kesukaran melafal kata-kata, dan kurang menguasai topik.
Dari penyebab kesalahan-kesalahan tadi, dapat kita klasifikasikan berdasarkan ranah Psikologi. Penyebab kesalahan berupa perasaan waswas berkaitan dengan ranah afektif. Penyebab kesalahan berupa kurang menguasai materi atau topik berkaitan dengan ranah kognitif, dan penyebab kesalahan berupa kesukaran melafalkan kata berkaitan dengan ranah psikomotor. Contoh-contoh kesalahan dan penyebab kesalahan yang telah dijelaskan tadi menunjukkan bahwa peran psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa sangat penting. Tujuan umum pembelajaran bahasa, yaitu siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam berbahasa lisan ataupun berbahasa tulis. Agar siswa dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar diperlukan pengetahuan akan kaidahkaidah bahasa. Kaidah-kaidah bahasa dipelajari dalam linguistik. Untuk dapat menggunakan bahasa secara lancar dan komunikastif siswa tidak hanya cukup memahami kaidah bahasa, tetapi diperlukan kesiapan kognitif (penguasaan kaidah bahasa dan materi yang akan disampaikan), afektif (tenang, yakin, percaya diri, mampu mengeliminasi rasa cemas, ragu-ragu, waswas, dan sebagainya), serta psikomotor (lafal yang fasih, keterampilan memilih kata, frasa, klausa, dan kalimat). Dengan demikian, jelaslah bahwa betapa penting peranan Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa.

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Comment