Resources

Blue Fire Pointer

Selasa, 17 April 2012

0 Pembahasan perkembangan bahasa anak

BAB VIII
PEMBAHASAAN
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

A.  Teori Perkembangan Bahasa Anak
Dalam hal ini sejarah telah mencatat adanya tiga pandangan atau teori dalam perkembangan bahasa anak. Dua pandangan yang kontroversial dikemukakan oleh pakar Amerika, yaitu pandangan nativisme yang berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada kanak-kanak bersifat alamiah (nature), dan pandangan behaviorisme yang berpendapat bahwa pengusaan bahasa pada kanak-kanak bersifat suapan. Pandangan ketiga muncul di Eropa dan Jean Piaget yang berpendapat bahwa penguasaan  bahasa adalah kemampuan yang berasal dari pematangan kognitif, sehingga pandangannya disebut kognitivisme.
            Berikut ini akan di kemukakan secara singkat ketiga pandangan itu. Pandangan nativisme diwakili oleh Noam Chomsky, pandangan behaviorisme diwakili oleh B.F. Skinner, dan pandangan kognitivisme oleh Jean Piaget:
a.  Pandangan nativisme
Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak (manusia) sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah di programkan. Pandangan ini tidak menganggap lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan bahasa, melainkan menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis, sejalan dengan yang disebut “hipotesis pemberian alam”.
      Chomsky (1965, 1975) melihat bahasa itu bukan hanya kompleks, tetapi juga penuh dengan kesalahan dan penyimpangan kaidah pada pengucapan atau pelaksanaan  bahasa (performans). Manusia tidaklah mungkin belajar bahasa pertama dari orang lain.selama belajar mereka menggunakan prinsip-prinsip yang membimbingnya menyusun tata bahasa.
      Menurut Chomsky bahasa hanya dikuasai oleh manusia. Binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia pendapat ini didasari pada asumsi.
1.Perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik) pola perkembangan bahasa adalah sama pada semua macam bahasa dan budaya (merupakan sesuatu yang universal) dan lingkungan hanya memiliki peranan kecil di dalam proses pematangan bahasa.
2.  Bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat, anak berusia empat tahun sudah dapat berbicara mirip dengan orang dewasa.
3. Lingkungan bahasa si anak tidak dapat menyediakan data secukupnya bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.
Menurut Chomsky anak dilahirkan dengan dibekali “alat pemerolehan bahasa” (language acquisition device) LAD. Alat ini yang merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan untuk merinci  butir-butir yang mungkin dari suatu tata bahasa. LAD dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khusus untuk memproses bahasa, dan tidak punya kaitan dengan kemampuan kognitif lainnya.
b.   Pandangan Behaviorisme
          Kaum beavioris menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkunga. Istilah bahasa bagi kaum beavioris dianggap kurang tepat karena istilah bahasa itu menyiratkan suatu wujud, sesuatu yang dimiliki atau digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan.  Padahal bahasa itu merupakan salah satu prilaku,diantara prilaku-prilaku manusia lainnya.
      Menurut Skinner (1969) kaidah gramatikal atau kaidah bahasa adalah prilaku verbal yang memungkinkan seseorang dapat menjawab atau mengatakan sesuatu. Namun, kalau kemudian anak dapat berbicara, bukankah karena penguasaan kaidah sebab, anak tidak dapat mengungkapkan kaidah bahasa, melainkan dibentuk secara langsung oleh faktor diluar dirinya.
      Kaum behavioris tidak mengakui pandangan bahwa anak menguasai kaidah bahasa dan memiliki kemampuan untuk mengabstrakkan ciri-ciri penting dari bahasa di lingkungannya. Mereka berpendapat rangsangan (stimulus) dari lingkungan tertentu memperkuat kemampuan berbahasa anak. Perkembangan bahasa mereka pandang sebagai  suatu kemajuan dari pengungkapan verbal yang berlaku secara acak sampai ke kemampuan yang sebenarnya untuk berkomunikasi melalui prinsip pertalian S – R (stimulus-respons) dan proses peniruan-peniruan.
c.   Pandangan Kognitivisme
Jean Piaget (1954) menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah,melainkan salah satu di antara beberapa kemampuan yang bersal darikematangan kognitif.  Bahasa di strukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urut-urutan perkembangan kognitif menentukan urutann perkembangan bahasa.
Piaget menegaskan bahwa struktur yang kompleks dari bahasa bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam, dan bukan pula sesuatu yang dipelajari  dari lingkungan. Struktur bahasa itu timbul sebagai akibat interaksi yang terus-menerus antara tingkat fungsi kognitif si anak dengan lingkungan kebahasaannya (juga di lingkungan lain). Struktur itu timbul secara tak terelakkan dari serangkaian interaksi. Oleh karena timbulnya tak terelakkan, maka struktur itu tidak perlu disediakan secara alamiah.
Kalau Chomsky berpendapat bahwa lingkungan tidak besar pengaruhnya pada proses pematangan bahasa, maka piaget berpendapat bahwa lingkungan juga tidak besar pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual anak. Perubahan atau perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada keterlibatan anak secara aktif dengan lingkungannya. Tahap perkembangan dari lahir sampai usia 18 bulan oleh Piaget disebut sebagai tahap, “sensori motor” pada tahap ini dianggap belum ada bahasa karena anak belum ada bahasa karena anak belum menggunakan lambang-lambang untuk menunjuk pada benda-benda di sekitarnya. Anak pada tahap ini  memahami dunia melalui alat indranya (sensory) dan gerak kegiatan yang di lakukannya (motor). Anak hanya mengenal benda jika benda itu di alaminya secara langsung. Begitu benda itu hilanng dari penglihatannya maka benda itu di anggap tidak ada lagi menjelang akhir usia satu tahun barulah anak itu dapat menangkap bahwa objek itu tetap ada (permanen), meskipun sedang tidak di lihatnya. Sedang di lihat atau tidak benda itu tetap ada sebagai benda, yang memiliki sifat permanen.
Perkembangan bahasa, baik menurut pandangan nativisme, behaviorisme, dan kognitivisme, tidak terlepas atau berkaitan dengan perkembangan-perkembangan lain yang di alami anak. Oleh karena itu,  sebelum membicarakan perkembangan bahasa itu, secara singkat dikemukakan dulu mengenai perkembangan motorik, perkembangan sosial, dan perkembangan kognitif anak.
B.  Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik merupakan perkemybangan bayi sejak lahir yang paling tampak, yakni sebuah perkembangan yang bertahap dari duduk, merangkak, sampai berjalan. Tak lama sesudah lahir, seorang bayi akan menghabiskan waktunya antara 14 samapi 18 jam untuk tidur, dan kemudian berangsur-angsur menjadi berkurang. Pada usia 3 atau 4 bulan bayi sudah mampu duduk sebentar (sekitar satu menit) dengan bantuan orang dewasa. Pada usia 7 atau 8 bulan bayi sudah mampu duduk sendiri tanpa bantuan dan menjelang usia 9 bulan bayi mampu duduk selama 10 menit atau lebh. Kemampuan merangkak terjadi pada usia 7 bulan, dan sebulan kemudian mulai tampak kemampuannya berdiri sambil berpegangan pada kursi. Pada usia 11 bulan anak dapat berdiri sendiiri, dan ssekitar usia 13 bulan dia sudah mampu berjalaan sendiri.
            Motor berarti gerak. Dua kemampuan bergerak yang paling banyak diperhatikan para pakar adalah berjalan dan penggunaan tangan sebagai alat (Morgan, 1986). Baik berjalan maupun pemahaman penggunaan tangan sebagian besar tergantung pada pendewasaan. Namun, bantuan orang tua atau pengasuh dapat membantu sedikit pecepatan perkembangan motorik ini perbagai kajian anak-anak yang kemampuan geraknya terbatas pada bulan-bulan pertama dalam hidupnya menunjukkan bukti bahwa kekurangan latihan tidak merubah urutan kejadian yang mengarah ke berjalan. Kalau latihan “berjala” diperkaya, diberi porsi, mungkin kemampuan berjalan dapat diperoleh lebih dini. Tetapi urutan kemampuan tidak berubah (Morgan, 1986).
            Pemahaman pengunaan tangan juga mengikuti urutan perkembangan yang dapat diperediksi. Gerakan dimulai dengan gerakan kasar tanagn bayi ke arahn suatu objek untuk dimanipulasi. Kemudian segera berkembang ke arah meraih dengan tangan secara sederhana, menggenggam objek dengan telapak tangan. Tahap berikutnya, anak meraih dengan tangan diikuti dengan tangan diikuti dengan ketangkasan jari dan ibu jari, sampai anak itu dapat menggunakan dua jari saja seperti kita memungut sebuah pensil. urutan kemampuan penggunaan tangan ini dikendalikan oleh pendewasaan dari sistem saraf otak.



C.  Perkembangan Sosial dan Komunikasi
Ada pendapat bahwa bayi sejak lahir sampai usia sekitar satu tahun dianggap belum punya bahasa atau belum berhasa (Poerwo: 1989). Kiranya anggapan ini belum mencerminkan perilaku bayi yang sesungguhnya, sebab meskipun dikatakan belum mempunyai bahasa, tetapi sebenarnya bayi itu sudah berkomunikasi. Menangis merupakan salah satu cara pertama untuk berkomunikasi dengan dunia sekitarnya. Sesungguhnya semenjak lahir bayi sudah “disetel” secara biologis untuk berkomunikasi, dia akan tanggap terhadap kejadian yang ditimbulkan oleh orang di sekitarnya (terutama ibunya). Daya lihat bayi yang paling baik berada pada jarak kira-kira 20 cm (8 inci), yakni jarak yang terjadi pada waktu interaksi rutin terjadi antara bayi dan ibu, yaitu pada saat bayi itu menyusu pada ibunya. Kurang lebih 70% dari waktu menyusui itu, sang ibu memandangi bayinya, dalam jarak 20 cm itu. Oleh karena itu, bayi akan membalas tatapan ibunya dengan melihat mata sang ibu yang menraik perhatiannya. Kemudian bayi juga belajar behwa sewaktu terjadi saling tatap mata berarti ada komuniaksi, antara di dan ibunya.
D.  Perkembangan Kognitif
Istilah kognisi berkaitan dengan peristiwa mental yang terlibat dalam proses pengenalan tenatng dunia, yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau pikiran. Dari sekian banyak kajian tantang proses berpikir pada kanak-kanak dalam usia yang berbeda-beda, Piaget menyatakan adanya beberapa tahap dalam perkembangan kognitif anak, tahap-tahap itu adalah:
a. Tahap Sensomotorik ini merupakan tahap pertama dalam perkembangan kognisi anak, dan berlangsung pada sebagian dari dua tahun pertama dalam kehidupannya. Pada awal tahap ini bayi belum membedakan dirinya dari isi dunia lainnya, dan tingkah lakunya. Memorinya (daya ingat) yang belum sempurna bersamaan dengan beberapa antisipasi akan hal-hal yang akan datang. Urutan perkembangan yang pertama pada tahap ini adalah penggunaan panca indra. Kemudian pada bagian kedua tahun pertama adalah kemampuan awal ini. Pada akhir periode sensomotorik bayi dapat berpikir tantang dunia, yaitu yang berhubungan dengan pengalaman dan tindakan yang sederhana.
b.   Tahap Praoperasional ini cara “berpikir” anak-anak masih didonimasi oaleh cara-cara bagaimana hal-hal atau benda-benda itu tampak. Cara berpikirnya masih kurang operasional. Umpamanya, kanak-kanak itu belum bisa menyadari bahwa jumlah benda akan tetep sama, meskipun bentuk atau pengaturannya berubah.
c.    Tahap Operasional Konkret ini dilalui anak yang berusia sekiata tujuh samapai menjelang sebelas tahun. Pada tahap kanak-kanak itu telah memahami konsep konversi sehingga mereka tahu bahwa air yang ada dalam gelas dana ada dalam silender jumlahnya sama. Namun, kanak-kanak itu tidak bisa menjelaskan alasannya.
d.      Tahap Operasional Formal ini yang dilalui setelah anak berusia sebelas tahun ke atas, anak-anak sudah berpikir logis seperti halnya dengan orang dewasa. selama periode operasioanal fornal ini, anak-anak mulai menggunakan aturan-aturan formal dari pikiran dan logika untuk memberikan dasar kebenaran jawaban-jawaban mereka.

E.  Perkembangan Bahasa
Bayi baru lahir sampai usia satu tahun lazim disebut dengan istilah infant artinya “tidak mampu berbicara”. Istilah ini memang tepat kalau dikaitkan dengan kemampuan berbicara atau berbahasa. Namun, kurang tepat atau tidak tepat kalau dikaitkan dengan kemampuan berkomunikasi, sebab meskipun “tanpa bahasa” bayi sudah dapat atau sudah melakukan komunikasi dengan orang yang memeliharanya, misalnya dengan tangisan, senyuman, atau gerak-gerak tubuh. Oleh karena itu, barang kali dalam tahap perkembangan bahasa bayi (kanak-kanak) dapat dibagi dua yaitu:
a. Tahap Perkembangan Artikulasi, ini dilalui bayi antara sejak lahir sampai kira-kira berusia 14 bulan. Bahwa bayi menjelang usia satu tahun, bayi di mana pun sudah mampu menghasilkan bunyi-bunyi vokal “aaa”, “eee”, atau “uuu” dengan maksud untuk menyatakan perasaan tertentu (Dora dkk, 1976, Reffler Engel, 1973). Namun, sebenarnya usaha ke arah “menghasilkan” bunyi-bunyi itu sudah mulai pada minggu-minggu sejak kelahiran bayi itu. Perkembangan dalam menghasilkan bunyi ini, yang kita sebut perkembangan artikulasi, dilalui seorang bayi melalui rangkaian tahap sebagai berikut:
1.  Bunyi Resonansi
Penghasilan  bunyi, yang terjadi dalam rongga mulut, tidak terlepas dari kegiatan dan perkembangan motorik bayi pada bagian rongga mulut itu. Kegiatan atau aktivitas rutin yang menyangkut rongga mulut itu telah pada ibunya. Untuk menegenyut bayi itu harus menutup rongga hidung dengan menaikkan velum. sesudah rongga hidung ditutup, si bayi membuat ruang kosong di rongga mulut dengan meenurunkan rahang bawah. Pertumbuhan yang cepat dalam rongga mulut, hidung, dan leher memungkinkan adanya peluang bagi bayi dalam menghasilkan berbagai macam bunyi. Bunyi yang paling umum yang dapat dibuat bayi adalah bunyi tangis karena merasa tidak enak atau merasa lapar dan bunyi-bunyi sebagai batuk, bersin, dan serdawa.
2.  Bunyi Berdekut
Mendekati usia dua bulan bayi telah mengembangan kendali otot mulut untuk memulai dan menghentikan gerakan secara mantap. Pada tahap ini suara tawa dan suara berdekut (cooing) telah terdengar. Bunyi berdekut ini agak mirip dengan bunyi [ooo] pada burung merpati. Bunyi berdekut ini sebenarnya adalah bunyi “kuasi konsonan” yang berlangsung dalam satu embusan napas, bersamaan dengan seperti bunyi hambat antara velkar dan uvular. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi konsonan belakang dan tengah dengan vokal belakang, tetapi tanpa resonansi penuh.
3.  Bunyi Berleter
Berleter adalah mengeluarkan bunyi yang terus menerus tanpa tujuan. Berteler ini biasanya dilakukan oleh bayi yang berusia antara empat sampai enam bula.
4.  Bunyi Berleter Ulang
Menjelang usia enam bulan si anak dapat “memoyongkan” bibir dan menariknya ke dalam tanpa menggerakkan rahang. Begitu pun kini dia dapat mengubah cara mengunyah dari yang semula vertikal menjadi lebih memutar ini berarti dia dapat meningkatkan kemampuan penguasaan pada lidahnya. Konsonan yang mula-mula dapat diucapkan adalah bunyi labial [p] dan [b], bunyi letup alveolar [t] dan [d], bunyi nasal dan bunyi [j]. Yang paling umum terdengar adalah bunyi suku kata yang merupakan rankaian konsonan dan vokal seperti “ba-ba-ba” atau “ma-ma-ma”.
Kalau bunyi berdekut, yang terjadi pada usia antara dua sampai tiga bulan, muncul pada saat anak berinteraksi dengan orang lain, maka bunyi berteler terjadi atau banyak dilakukan ketika si anak sedang sendirian, tidak ada orang lain (Nakazim, 1975; Stark, 1981). 
5.  Bunyi Vokabel
b.  Tahap Perkembangan Kata dan Kalimat
Kemampuan bervokabel dilanjutkan dengan kemampuan mengucapkan kata, lalu mengucapkan kalimat sederhana, dan kalimat yang lebih sempurna. Namun, hal ini dikuasai secara berjenjang dan dalam jangka waktu tertentu.
1.  kata pertama
Menurut Francescato (1968, dalam Purwo, 1989) anak belajar mengucapkan kata sebagai suatu keseluruhan, tanpa memperhatikan fonem kata-kata itu satu per satu. Umpamanya, ketika pada tahap tertentu si anak belum mampu mengucapkan fonem [k], tetapi sudah dapat mengucapkan fonem [t], dia akan menirukan kata [ikan] dan [buta]. Dengan demikian kita lihat ini menyederhanakan pengucapannya yang dilakukan secara sistematis.
2.  kalimat satu kata
Kalimat satu kata yang lazim disebut ucapan holofrasis oleh banyak pakar dapat dianggap bukan sebagai kalimat, karena maknanya sukar diprediksikan. Kalimat bagi mereka dalam pemerolehan sintaksis baru dimulai kalau anak itu sudah dapat menggabungkan dua buah kata (lebih kurang ketika berusia dua tahun). Kata-kata yang dapat diucapkan oleh kanak-kanak itu, sebagai ujaran kalimat, biasanya berupa kata-kata satu suku atau dua suku kata berupa rangkaian VK, KV, atau KVKV (sebagai reduplikasi dari KV). Dalam bahasa Inggris seperti kata-kata Owens (1984: 184).
            Juice [dus]                   mama
            Cookie [bibi]               kitty [tidi]
            Baby [bibi]                  hot
            Ball [bә]                      shoe [su]
            Car [tә]                        no
            Water                          eat, dan sebagainya
Kata yang berpola KVK, kalau ada akan diubah menjadi berpola KVKV, misalnya dog menjadi doggie.
Perkembangan kosa kata anak pada awalnya memang lambat. Namun, kemudian menjadi agak cepat, sehingga pada usia 18 tahun, anak telah memiliki kosa kata sebanyak 50 buah. Kata-kata yang dikuasai itu kebanyakan adalah kata benda, dan kemudian menyusul kata yang menyatakan tindakan. Namun, menurut Nelson (1973 dalam Purwo) ada anak yang noun lovers (pemegang nomina) dan ada yang noun leavers (pembuang nomina).        
3.  kalimat dua kata
Kalimat dua kata adalah kalimat yang hanya terdiri dari dua buah kata, sebagai kelanjutan dari kalimat satu kata.  Dalam menggabungkan kata, anak mengikuti urutan kata yang terdapat pada bahasa orang dewasa. Urutan dua kata itu seperti dilaporkan Bloom (1973) dan Brown (1973) adalah sebagai berikut:
            agen + aksi                  mommy come; daddy sit
            aksi + objek                 drive car; eat grape
            aksi + lokasi                go park; sit chair
            entitas + loaksi            cup table, toy floor
            pemilik + termilik        my teddy; mommy dress
            entitas + atribut           box shinny; crayon big
            penunjuk + entitas       that money; this telephone
            Akan tetapi banyak pula gabungan kata yang bersifat taksa, seperti doggie bed dapat digunakan si anak untuk menunjuk pada ‘tempat berbaring si anjing’, sebagai kontruksi posesif; tetapi dapat juga untuk menyatakan ‘anjinya tidur di tempat tidur ibu’ sebagai konstruksi lokatif.  Namun, dalam pengucapannya ada perbedaan: untuk menyatakan konstruksi posesif diberikan pada kata doggie, sedangkan untuk menyatakan konstruksi lokatif tekanan diberikan pada kata bed.
4.   kalimat labih lanjut
Setelah penguasaan kalimat dua kata mencapai tahap tertentu, maka berkembanglah penyusunan kalimat yang terdiri dari tiga buah kata. menurut Brown (1973) konstruksi kalimat tiga kata ini sebenarnya merupakan hasil dari penggabungan atau perluasan dari konstruksi dua kata sebelumnya yang digabungkan. Misalnya, konstruksi agen + aksi digabungkan dengan konstruksi aksi + objek, sehingga menjadi struktur agen + aksi + objek.
Menjelang usia dua tahun anak rata-rata sudah dapat menyusun kalimat empat kata yakni dengan cara perluasan, meskipun kalimat dua kata masih mendominasi korpus bicaranya.
            agen + aksi                              = Daddy throw
            action + objek                         = Throw ball______
            agen + aksi + objek                 = Daddy throw ball
           
Contoh lain:
            agen + lokatif                          = Mommy chair
            aksi + lokatif                           = sit chair_________
            agen + aksi + lokatif               = Mommy sit chair     
Dalam pengasuhannya, ibu-ibu sering menggunakan pola kalimat “tanya ya­tidak’’ (yes/no question) pada anak usia  dua sampai tiga tahun. pada masa ini perkembangan bahasa anak meningkat dengan pesat, terutama karena si ibu sering menggunakan pelbagai teknik untuk mengajak anak bercakap-cakap. pertanyaan yang dapat dijawab si anak akan dijawab sendiri oleh si ibu, sehingga menjelang usia tiga tahun anak sudah mengenal pola dialog. Dia antara lain sudah mengerti kapan gilirannya berbicara dan kapan giliran lawan bicaranya berbicara. Hal ini berlangsung terus sampai anak berusia empat atau lima tahun.

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Comment